Cari Blog Ini

Kenapa harus PERAWAT???

Kenapa bukan profesi dokter,guru,polisi,apoteker,akuntan,fotografer dll,,,kenapa Perawat lagi. Bapak ibu sutradara, qt ini kerja agar yang sakit jadi sembuh bukan membuat mereka takut hanya karena pola pikir yang kalian buat...

1. Suster Ngesot
2. Kutukan Suster Ngesot
3. Suster Keramas 1
4. Suster Keramas 2
5. Bangkitnya Suster Gepeng
 

RUU Keperawatan

Pelayanan Keperawatan yang berkualitas, apakah hanya sebuah mimpi??
Sebuah Keprihatinan tidak disahkannya RUU Keperawatan lebih dari 10 tahun perjuangan Insan Keperawatan

Peningkatan kesehatan di negeri ini memang sudah mulai bangkit, misalnya dengan disahkannya SJSN dan berbagai kebijakan. Salah satu penentu kesehatan bangsa ini adalah melalui kebijakan terhadap tenaga kesehatannya. Aturan menge
nai setiap profesi kesehatan sangat dibutuhkan. Setiap profesi harus memiliki rumah sendiri untuk mengatur dirinya dan memastikan pelayanan yang diberikan sesuai standar profesi. Namun, sayangnya banyak pihak merasa UU ini tidak penting. Benarkah UU ini hanya untuk perawat dan tidak untuk masyarakat? Ibarat suatu rumah, pemerintah dan legislatif adalah bapak dan ibunya, maka orang tua yang baik tidak akan menganak-tirikan anaknya, ia harus bersikap adil dan bijaksana terhadap seluruh profesi kesehatan.

Mahasiswa keperawatan yang merupakan bagian dari insan keperawatan, maka penting bagi mahasiswa untuk mengkaji permasalahan yang timbul di dunia keperawatan. Mahasiswa telah merangkum beberapa masalah yang menunjukkan urgency dari pengesahan RUUK. Sebagaimana kita tahu bahwa pelayanan keperawatan yang berkualitas ditunjang oleh sistem pendidikan, tugas dan wewenang yang jelas, adanya regulasi, sistem registrasi yang jelas, dan pendidikan yang berkelanjutan. Oleh karena itu kami mahasiswa memandang keadaan dibawah ini merupakan alasan mengapa RUU Keperawatan penting:
1. Pelayanan keperawatan yang berkualitan merupakan ujung tombak kesehatan masyarakat indonesia
2. Belum jelasnya sistem pendidikan yang menghasilkan tenaga keperawatan. Jenjang pendidikan dan peranny di pelayanan belum jelas secara hukum. Selain itu juga menjamurnya sistem pendidikan keperawatan yang tidak bertanggung jawab perlu diatur. Sehingga perawat yang dihasilkan berkualitas dan sesuai standar profesi.
3. Belum jelasnya ranah kerja baik di interprofesional yaitu di antara profesi tenaga kesehatan maupun intraprofesional yaitu di dalam profesi keperawatan itu sendiri (tingkat pendidikan D3, S1, S2, S3, dan Spesialis) yang menimbulkan kerancuan pemahaman mengenai tindakan mandiri dan kolaboratif seperti yang terjadi pada kasus misran dan banyak kasus di pelayanan lainnya dimana merugikan pasien.
4. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 pasal 21 ayat (3) : ketentuan mengenai tenaga Kesehatan diatur dengan Undang-Undang. Disini jelas bahwa keperawatan sebagai suatu profesi dan berkenaan dengan masyarakat harus memiliki UU sendiri dan mengatur dirinya dan melibatkan pemerintah. Selain itu, banyaknya profesi yang tergabung dalam tenaga kesehatan sehingga perlu adanya aturan yang meregulasi kewenangan dan setiap profesi dan juga berhak memiliki payung hukum yang melandasinya.
5. Peningkatan profesionalitas perawat juga sangat ditentukan dari disahkannya RUU Keperawatan menjadi UU Keperawatan. Karena di dalam RUU Keperawatan itu dijelaskan secara mengenai kurikulm pendidikan, kewenangan dan batas area kerja perawat itu sendiri.
6. Pengakuan perawat secara de yure di dunia internasional sehubungan dengan akan segera dikeluarkannya keputusan mengenai pasar global juga menjadi hal yang penting untuk dikaji. Jangan sampai tenaga perawat kita tidak terserap oleh negeri kita sendiri karena perawat di negara lain telah memiliki aturan serta keperawatannya sudah berkualitas.
7. Dan semua permasalahan yang telah dipaparkan di atas akhirnya bermuara kepada satu titik terpenting yang merupakan tujuan dan esensi dari proses keperawatan yaitu PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN yang mana kita tahu bahwa perawat adalah profesi yang menangani pasien selama 24 jam penuh. Dan peningkatan kualitas kesehatan pasien sangat ditentukan dari pelayanan keperawatan yang diberikan
Hal inilah yang mendasari bahwa RUU Keperawatan itu sangat penting dan sangat urgent untuk segera disahkan. Sehingga setiap insan keperawatan harus dan sadar betul pentingnya memperjuangkan pengesahan RUU Keperawatan secepat mungkin, demi kemajuan profesi.
Alasan diatas telah lama diungkapkan dan disampaikan kepada DPR RI, namun hingga lebih dari 3 kali masa sidang, RUU ini tidak juga selesai. Berdasarkan hasil pantauan, bahwa DPR RI tidak fokus dan maksimal membahas RUU Keperawatan, akibatnya RUU keperawatan tidak maju ke tahap selanjutnya yaitu badan legislatif. RUU Keperawatan sangat penting untuk masuk ke Badan Legislatif agar dapat dibahas bersama pemerintah dan segera disahkan.
Tanggal 17 Oktober adalah hari terakhir masa sidang DPR RI, namun tanda-tanda RUU ini untuk masuk ke badan legislatif tidak juga ada. Tentu kita sepakat bahwa pembahasan RUU sangat mahal biayanya dan penguluran waktu akan menambah ongkos pembiayaan RUU ini, dan ini akan menjadi beban negara. Sementara itu keadaan keperawatan indonesia bertahun-tahun tidak juga mengalami perkembangan yang signifikan dalam melindungi rakyat karena tidak adanya UU yang mengatur. Kasus kerugian masyarakat mungkin banyak terjadi, namun tidak terpublish di media. Hal ini tidak bisa dibiarkan, mahasiswa tidak boleh tinggal diam melihat keadilan tidak ditegakan, melihat kesehatan rakyat indonesia yang terabaikan. Oleh karena itu, segera sing-singkan lengan, ambil almamatermu, ikat kepala dan siapkan suara lantangmu untuk menyuarakan suara rakyat Demi Kesehatan Rakyat Indonesia!! Segera SAHKAN RUU KEPERAWATAN masa SIDANG TAHUN 2012-2013!
KENAKAN ALMAMATERMU DAN BAJU KEPEDULIANMU!!!
Seruan Aksi Sahkan RUU Keperawatan!
Senin, 15 Oktober 2012
@DPR RI

St. Bernadette Soubirous, Jenazahnya Tak Lekang Dimakan Waktu




Ada banyak hal yang sulit kita mengerti di dunia. Mengapa seseorang tidak jadi meninggal? Mengapa manusia bisa tiba-tiba berubah menjadi separuh hewan? Hal-hal yang rasanya sulit masuk ke dalam logika kita. Namun itulah kebesaran Tuhan. Selalu mengingatkan kita bahwa ada kekuatan besar di luar kemampuan kita. Berikut ini adalah kisah St. Bernadette, kisah mengenai suster yang telah meninggal ratusan tahun namun jenazahnya tidak hancur sama sekali.
Santa Bernadette lahir dengan nama asli Marie Bernarde Soubirous. Lahir pada tanggal 7 Januari 1844 dan meninggal pada 16 April 1879 di usia 35 tahun karena penyakit saluran pernafasan. Ia meninggal dalam keadaan telah menjadi biarawati. Namun setelah dimakamkan dan hendak digali 30 tahun kemudian, jenazahnya masih ada, tidak busuk dan tidak hancur sama sekali. Hanya rosario dan salib dalam genggamannya yang berkarat. Ia dimakamkan kembali, namun dalam penggalian berikutnya tahun 1925, tubuhnya tetap tidak membusuk.
Jenazahnya kini disimpan di dalam sebuah peti kaca. Bila Anda melihat ke dalamnya, Anda akan seperti melihat sosok yang sedang tertidur. Seperti manusia biasa yang belum meninggal. Hingga kini, jenazah St. Bernadette masih ada di kapel biaranya di Nevers, Prancis. Setiap umat Katolik memperingati wafatnya setiap tanggal 16 April 1879. Pada 8 Desember 1922 ia dikanonisasikan sebagai orang kudus dengan gelar santa. Semasa hidupnya, St. Bernadette memang dikenal sebagai orang yang baik dan sabar sekalipun sering sakit-sakitan.
Mengagumkan bukan apa yang bisa terjadi pada St. Bernadette? Meski sudah lama meninggal, namun jenazahnya masih ada dan tidak membusuk, bahkan seperti sedang tidur. Itulah kekuatan Tuhan yang kadang bisa membuat kita terheran-heran karena berada di luar rasionalitas kita. Percaya tidak percaya, semua tergantung keyakinan kita.

Jessica SNSD menghadiri kampanye ‘Pinking of Your Dream‘


Jessica SNSD baru-baru ini menghadir kampanye ‘Pinking of Your Dream‘ yang diselenggarakan oleh musikal ‘Legally Blonde’ pada 15 Oktober.

Kampanye ini merupakan bagian dari pembukaa

n untuk pop-up store, ‘Pinking of Your Dream‘ yang mendukung kaum muda. Selebriti lainnya yang hadir yaitu Song Seung Hwan, Eunji, dan Tim.




Kampanye ini diadakan untuk memberikan harapan dan dukungan bagi para pemuda dan pemudi yang sudah menyelesaikan sekolah, dan sedang mempersiapkan karir mereka serta transisi ke dalam masyarakat sehari-hari.




Kampanye akan berlanjut sampai pertengahan Maret 2013. Hasil dari kampanye akan disumbangkan untuk ‘The Open Closet’.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN COPD (ASTHMA)



FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      PENGUMPULAN DATA
a.      Biodata
1)      Nama                           : Tn. Rz
2)      Jenis Kelamin              : Laki-laki
3)      Umur                           : 40 tahun
4)      Status Perkewinan      : Sudah menikah
5)      Pekerjaan                     : Satpam
6)      Agama                         : Islam
7)      Pendidikan Terakhir    : SLTA
8)      Berat Badan                : 59 kg
9)      Tinggi Badan              : 170 cm
10)  Alamat                                    : Ds. Kendalrejo, Kec. Talun, Kab Blitar
11)  Tanggal MRS              : 13 Oktober 2012, pkl 09.15
12)  Tanggal Pengkajian     : 13 Oktober 2012, pkl 09.40
b.      Diagnosa Medis               : Chronic Obstruction Pulmonary Disease (COPD), Asma.
c.       Keluhan Utama               : Klien merasa sesak nafas.

d.      Riwayat Penyaki Sekarang
1 hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2012 klien merasa sesak nafas. Klien mengatakan jika dada kanannya berat pada saat bernafas. Kondisi demikian dialami klien pada malam hari saat temperature lingkungan dingin. Sesak yang dialami saat ini dirasakan lebih parah dibandingkan sesak sebelumnya. Hingga pada tanggal 13 Oktober 2012 MRS dengan keadaan umun lemas, pucat, dan batuk produktif dengan secret sulit dekuluarkan.





e.       Riwayat Kesehatan/Penyakit yang Lalu
Dari keterangan istrinya, klien pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan dan kondisi yang sama, yaitu sesak nafas. Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu. Klien pernah MRS dengan penyakit yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma Bronkiale sejak kecil. Klien merokok selama 20 tahun sebanyak 2 pak/hari. Dari hasil anamnesa juga didapati keterangan bahwa, ibu klien memiliki penyakit serupa, yaitu Asthma Bronkiale.

f.       Riwayat Kkesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit degenerative, menular dari keluarga klien. Namun ibu klien memiliki riwayat penyakit Asthma Bronkiale.

g.      ADL (Activity Daily Life)
1)      Makan dan Minum
Makan                                     Sebelum Sakit                                     Saat Sakit
Pemenuhan                              Mampu mandiri                                   Dibantu
Frekuensi                                 3x/hari                                                 1x/hari
Jenis                                        Nasi, lauk, sayur                      Nasi,lauk,sayur
Pantangan                               Tidak ada                                            Tidak ada
Alergi                                      Tidak ada                                            Tidak ada
Minum
Pemenuhan                              Mampu mandiri                                   Dibantu
Frekuensi                                 6-8 gelas/hari                                       5 gelas/hari
Jenis                                        Air putih                                              Air putih
Pantangan                               Tidak ada                                            Tidak ada
Alergi                                      Tidak ada                                            Tidak ada




2)      Pola Eliminasi
a.       BAB dan BAK sebelum sakit
1.      BAB : 1 kali sehari, tidak konstipasi, warna dan jumlah normal serta tidak ada kelainan.
2.      BAK : BAK 3 kali/hari, urin berwarna jernih, dan sedikit kekuningan, bau khas urin
b.      BAB dan BAK saat sakit
1.      BAB : Sejak sakit pola eliminas fekal klien normal, dengan konsistensi lunak, bau khas feses.
2.      BAK : BAK 3 kali perhari, jumlah tidak tentu, warna kuning dan tidak ada kelainan yang di tandai dengan bau khas urin.

3)      Pola Istirahat dan Tidur
a.       Sebelum Sakit
Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan tidur, namun karena factor pekerjaan, terkadang pola tidur klien tidak teratur. Tetapi frekuensi tidur klien baik, yaitu 5-7 jam/hari. Untuk tidur klien tidak pernah menggunakan obat-obatan, klien dapat tidur jika didukung dengan suasana tenang.
b.      Saat Sakit
1 hari yang lalu, pada saat sesak nafas klien kambuh klien mengalami kesulitan tidur pada malam hari. Klien sering terbangun karena sesaknya. Frekuensi tidur menurun, kira-kira 3-4 jam/hari. Kondisi inilah yang dirasa mengganggu kebutuhan istirahat dan tidurnya.

4)      Kebersihan Diri
a.       Sebelum Sakit
Klien mengatakan mandi di rumah 2x/hari setiap pagi dan sore, dengan gosok gigi sesudah sarapan dan saat malam hari.


b.      Saat Sakit
Klien mengatakan takut mandi karena khawatir apabila mandi, sesaknya akan kumat. Namun pukul 10.00 klien di seka menggunakan air hangat. Gosok gigi 1x/hari pada saat di seka. Klien merasa risih dan kotor selama sesaknya kambuh.

h.      Riwayat Psikosial
Pada  saat sehat klien dapat bersosialisasi dengan baik, dan mampu beraktifitas dengan normal di kantor. Klien juga senang berbicara dengan orang lain. Namun saat sakit, klien penah mengatakan kepada istrinya jika ia gelisah karena tidak mampu beraktifitas seperti biasa, khususnya rasa takutnya apabila ia dipecat dari kantor karena tidak masuk kerja.


i.        Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan Umum
Klien tampak lemas, pucat, dengan suhu tubuh dingin. Tidak ditemukan tanda-tanda sianosis, klien terkadang batuk namun sangat kesulitan dalam mengeluarkan secret.
2)      Tanda-Tanda Vital
TD       : 130/80 mmHg
N         : 100x/menit
S          : 36oC
RR       : 32x/menit
BB       : 59 kg
TB       : 170 cm
3)      Pemeriksaan Kepala dan Leher
1.      Kepala          : Inspeksi         : Simetris, rambut hitam  sedikit kotor.
Palpasi           : tidak ada odema/benjolan.
2.       Mata            : Visus normal, mata simetris, pupil isokhor, sclera putih tidak menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis, kelopak mata bawah nampak membengkak.
3.      Hidung         : Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang, peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan fungsi penciuman normal.
4.      Telinga         : Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal, simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, ada sedikit serumen dan cairan, serta alat bantu pendengaran tidak ada.
5.      Mulut & gigi            : Bentuk bibir normal, bau mulut tidak holitosis. Tidak ada perdarahan dan peradangan pada mulut, ada karang/caries, tepi lidah tidak hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.
4)      Pemeriksaan Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit, kulit kering, tidak terdapat tanda-tanda sianosis.
5)      Dada dan Thorax
·         Inspeksi           : Simetris tidak terdapat kelainan bentuk dad, nafas pendek, produksi sputum putih kekuningan, Nampak kesulitan dalam berbicara.
·         Palpasi             : gerakan diafragma minimal, getaran di punggung kanan berbeda dengan getaran di punggung kiri.
·         Auskultasi       : Vesikuler di semua lapang paru, broncovesikuler di daerah percabangan bronkus, tracheal daerah trakea, terdapat suara tambahan  wheezing, ronki.
·         Perkusi            : Pekak


 
+


 
                        +

6)      Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, lesi tidak ada, tidak ada nyeri tekan.
7)      Genetalia
Daerah genetalia bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi atau luka.
8)      Ekstrmitas
a. Kesimetrisan otot                : simetris
b. Pemeriksaan oedem            : terdapat odema ekstremitas bawah, gangguan pergerakan
c. Kekuatan otot                     : kekuatan cukup
                                                                        5          5
                                                4          4
                                                                                             
9)      Pemeriksaan Neurologis
Tingkat Kesadaran      : Composmentis, GCS: 4 5 6
Refleks                        : Biseps, triseps, patella dan achellis normal.
Koordinasi gerak         : Normal

j.        Pemeriksaan Penunjang
1.                                                                                     Sinar X
2.                                                                                     Tes Fungsi Paru
3.                                                                                     TLC
4.                                                                                     Kapasitas inspirasi
5.                                                                                     Volume residu
6.                                                                                     FEV/FVC
7.                                                                                     GDA
8.                                                                                     Bronkogram
9.                                                                                     JDL dan differensial
10.                                                                                 Kimia darah
11.                                                                                 Sputum
12.                                                                                 EKG
13.                                                                                 EKG latihan, latihan stress
Dengan hasil laboratorium (contoh hasil laboratorium yang memungkinkan):
Darah lengkap tanggal            :
-            Hb                        : 10,7 gr% mg/dl                                 (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
-            Leukosit               : 18.600                                               (4000 – 11.000).
-            Trombosit             : 381                                                    (150 – 350).
-            PC                        : 0,33


Faal Hati tanggal         :
SGOT                          : 20                              (L < 37 P < 31)           U/L

Faal Ginjal tanggal                  :
-            Ureum/BUN        : 12 mg/dl                    (10 – 45)
-            Serum Creatinin   : 0,93 mg/dl     (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)

Darah lengkap tanggal            :
-            Hb                        : 10,6 gr% mg/dl                                 (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
-            LED                     : 100                                                    (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
-            Leukosit               : 17.600                                               (4000 – 11.000).
-            Hematokrit           : 31,1                                                   (L 0,40 – 0,47 P 0,38 – 0,42)
-            Trombosit             : 421                                                    (150 – 350)
-            PCV                     : 0,33


Gula darah tanggal                  :
-            Glukosa Puasa     : 50 mg/dl                                            (< 126 mg/dl)


Lemak tanggal                                    :
-            Cholesterol Total : 217    (100 - 240)


Faal Hati tanggal                                 :
-            Alkali Phospatase            : 261   
-            SGOT                              : 29,2                                                   (L < 37 P < 31)           U/L
-            SGPT                               : 16,11                                                 (L < 40 P < 31)           U/L
-            Albumin                           : 3,81 gr/dl                                           (3,2 – 3,5 gr/dl)


Faal Ginjal tanggal                  :
-            Uric Acid             : 4,13 mg/dl                             (L : 3,4 – 7,0 P 2,4 – 5,7)


Elektrolit tanggal                    :
-            Natrium                : 136 mmol/l                            (135 – 145 mmol/l)
-            Kalium                 : 2,2     mmol/l                         (3,5 – 5,5 mmol/l)



Gas Darah Analisa                  :
-            PH                        :           (7,35 – 7,45)
-            PO2                              :           (80 – 100) mmHg
-            PCO2                          :           (35 – 45) mmHg
-            HCO3                         :           (22 – 26) mmol/L
-            BE                        :           (- 2,5 -  + 2,5) mmol/L

k.      Terapi/Pengobatan/Penatalaksanaan
___________


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang              : Mawar
Nama Kliean   : Tn. Rz
Umur               : 40 tahun
No. Register    :  101313



  1. Bersihan Jalan Nafas Tak efektif b.d Peningkatan Produksi Sekret
  2. Kerusakan Pertukaran Gas b.d Gangguan Suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi)
 
 







C.    PERENCANAAN
DAFTAR MASALAH
Ruang              : Mawar
Nama Klien     : Tn. Rz
Umur               : 40 tahun
No. Register    : 101313
No. Dx
Tanggal Muncul
Diagnosa Keperawatan
Tanggat
Teratasi
Tanda Tangan
1
13 Oktober 2012
Bersihan Jalan Nafas Takefektif b.d Peningkatan Produksi Sekret


2
13 Oktober 2012
Kerusakan Pertukaran Gas b.d Gangguan Suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi)





1.      ANALISIS DATA

ANALISIS DATA
Nama Klien     : Tn. Rz
Umur               : 40 tahun
No. Register    : 101313

No
Tanggal/Jam
Data Penunjang
Masalah
Kemungkinan Penyebab
1























13 Oktober 2012, pkl 10.00
DS: Klien mengatakan sesak pada saat bernafas.
DO:
1.      Keadaan umum lemah, pucat, dengan suhu tubuh dingin. Tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
2.      Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara.
3.      Terdapat suara tambahan  wheezing, ronki.
4.      Gerakan diafragma minimal.
5.      Perkusi paru, pekak.
6.      Produksi sputum berlebih, warna putih kekuningan .
TTV:
TD  : 130/80 mmHg
N     : 100x/menit
S     : 36oC
RR  : 32x/menit
BB  : 59 kg
TB   : 170 cm
Bersihan Jalan Nafas Takefektif
Peningkatan Produksi Sekret
2
13 Oktober 2012, pkl 10.00
DS: Klien mengatakan jika dada kanannya berat pada saat bernafas. Kondisi demikian dialami klien pada malam hari saat temperature lingkungan dingin. Sesak yang dialami saat ini dirasakan lebih parah dibandingkan sesak sebelumnya, klien juga batuk namun kesulitan dalam mengeluarkan sputum/lender.
DO:
1.      Keadaan umum lemah, pucat, dengan suhu tubuh dingin. Tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
2.      Hasil laboratorium GDA tidak normal
3.      Klien terkadang batuk namun sangat kesulitan dalam mengeluarkan secret.
4.      Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara.
5.      terdapat suara tambahan  wheezing, ronki.
6.      Gerakan diafragma minimal.
7.      Perkusi paru, pekak.
8.      Produksi sputum berlebih, warna putih kekuningan .
TTV:
TD  : 130/80 mmHg
N     : 100x/menit
S     : 36oC
RR  : 32x/menit
BB  : 59 kg
TB       : 170 cm
Kerusakan Pertukaran Gas
Gangguan Suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi)













RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Ruang              : Mawar
Nama Klien     : Tn. Rz
Umur               : 40 tahun
No. Register    : 101313


Tanggal
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Standar
Intervensi
Rasional
TT
13/10 ‘12
1
Bersihan Jalan Nafas Takefektif b.d Peningkatan Produksi Sekret
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan sesak nafas klien berkurang bahkan hilang.
Dengan criteria hasil:
1.      Keadaan umum klien menjadi segar atau tidak lemas.
2.      Frekuensi nafas normal kurang lebih 20x/menit.
3.      Tidak kesulitan dalam berkomunikasi (berbicara)
4.      Suara tambahan paru, seperti wheezing dan ronchi berkurang.
5.      Gerakan diafragma normal.
6.      Perkusi paru normal (sonor)
7.      Produksi secret atau sputum menurun dengan dapat mengeluarkan secret dengan benar.
1.   Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misalnya wheezing, krekels, ronchi.





2.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.









3.      Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya dengan posisi semifowler.














4.   Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.





5.   Observasi karakteristik batuk, misal menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan batuk.




6.   Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.






7.    Berikan obat sesuai indikasi:
Bronkodilator, mis beta-agonis: epinefrin (Adrenalin, Vaponefrin); albuterol (Proventil, Ventolin),; terbutalin (Brethine, Brethaire); isoetarin (Brokosol, Bronkometer); xantin

8.    Berikan humidifikasi tambahan, misal nebulizer ultranik, humidifier aerosol ruangan.




9.   Bantu pengobatan pernafasan, mis., IPPB, fisioterapi dada.
1.      Beberapa derajad spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis: penyebaran, krekels, basah, dsb.

2.      Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.


3.      Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Namun pasien dengan distress yang berat akan mencari  poisisi yang paling mudah untuk bernafas. Sokongan tangan atau kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

4.      Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

5.      Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

6.      Hidarasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

7.      Merileksan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obat mungkin peroral, injeksi, atau inhalasi.




8.      Kelembapan menurunkan kekentalan secret mempermudah pengeluaran dan dapat membantu munurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

9.      Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru. Catatan: Dapat meningkatkan spasme bronkus pada asma.

13/10 ‘12
2
Kerusakan Pertukaran Gas b.d Gangguan Suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi)

Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan sesak nafas klien berkurang bahkan hilang.
Dengan criteria hasil:
1.      Keadaan umum klien menjadi segar atau tidak lemas.
2.      Hasil laboratorium GDA klien kembali normal
-            PH                        :      (7,35 – 7,45)
-            PO2                              :      (80 – 100) mmHg
-            PCO2                          :      (35 – 45) mmHg
-            HCO3                         :      (22 – 26) mmol/L
-            BE                        :      (- 2,5 -  + 2,5) mmol/L
  1. Klien menjadi lebih mudah dalam mengeluarkan sekret.
  2. Frekuensi nafas normal, dank lien tidak kesulitan berbicara.
  3. Menurunnya frekuensi suara tambahan seperti wheezing dan ronchi
  4. Produksi sputum berkurang.

1.    Kaji frekuensi, kedalaman penafasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang.

2.    Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.


3.   Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.




4.    Dorong mengeluarkan sputum: penghisapan bila diindikasikan.








5.   Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunti tambahan.











6.    Palpasi fremitus




7.    Awasi tanda vital dan irama jantung.




8.   Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri










9.    Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
1.      Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan/atau kronisnya proses penyakit.


2.      Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja nafas.






3.      Sianosis mungkin perifer atau sentral. Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

4.      Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan utama pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

5.      Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/tertahannya secret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial/dekomp jantung.



6.      Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

7.      Takikardia, distritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada jantung.

8.      PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis, emfisema) dan PaO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar. PaCO2 “normal” atau meningkat menandakan kegagalan pernafasan yang akan datang selama asmatik.

9.      Dapat memberikan/mencegah buruknya hipoksia. Catatan: emfisema kronis, mengatur pernafasan pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin dikeluarkan dengan peningkatan O2 berlebihan.





  1. IMPLEMENTASI
CATATAN KEPERAWATAN
Ruang              : Mawar
Nama Klien     : Tn. Rz
Umur               : 40 tahun
No. Register    : 101313

No Dx
Tanggal
No Dx.
Kep
Tindakan
TT
1
13 Oktober 2012, pkl 10.30
1
1.      Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas, misalnya wheezing, krekels, ronchi.
2.      Mengkajiaji/memantau frekuensi pernafasan. Mencatat rasio inspirasi/ekspirasi.
3.      Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya dengan posisi semifowler.
4.      Mendorong/membantu latihan napas abdomen atau bibir.
5.      Mengobservasi karakteristik batuk, misal menetap, batuk pendek, basah. Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan batuk.
6.      Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Mengnjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.
7.      Memberikan obat sesuai indikasi:
Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
Tab Cefrofloxacin 2 X 500.
Bricasma Nebulizer 4 x / hr.
8.      Memberikan humidifikasi tambahan, nebulizer.
9.      Membantu pengobatan pernafasan, mis., IPPB, fisioterapi dada.

1
13 Oktober 2012, pkl 10.30
2
  1. Mengkaji frekuensi, kedalaman penafasan. Mencatat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang.
  2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
  3. Menkaji/mengawasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
  4. Mendorong mengeluarkan sputum: penghisapan bila diindikasikan.
  5. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunti tambahan.
  6. Melakukan palpasi fremitus
  7. Mengwasi tanda vital dan irama jantung.
  8. Mengwasi/menggambarkan seri GDA dan nadi oksimetri
  9. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

1
14 Oktober 2012, pkl 08.00
1
1.      Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas, misalnya wheezing, krekels, ronchi.
2.      Mengkajiaji/memantau frekuensi pernafasan. Mencatat rasio inspirasi/ekspirasi.
3.      Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya dengan posisi semifowler.
4.      Mendorong/membantu latihan napas abdomen atau bibir.
5.      Mengobservasi karakteristik batuk, misal menetap, batuk pendek, basah. Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan batuk.
6.      Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Mengnjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.
7.      Memberikan obat sesuai indikasi:
Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
Tab Cefrofloxacin 2 X 500.
Bricasma Nebulizer 4 x / hr.
8.      Memberikan humidifikasi tambahan, nebulizer.
Membantu pengobatan pernafasan, mis., IPPB, fisioterapi dada.

1
14 Oktober 2012, pkl 08.00
2
  1. Mengkaji frekuensi, kedalaman penafasan. Mencatat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang.
  2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
  3. Menkaji/mengawasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
  4. Mendorong mengeluarkan sputum: penghisapan bila diindikasikan.
  5. Mengauskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunti tambahan.
  6. Melakukan palpasi fremitus
  7. Mengwasi tanda vital dan irama jantung.
  8. Mengwasi/menggambarkan seri GDA dan nadi oksimetri
  9. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.


E. EVALUASI FORMATIF
1. EVALUASI FORMATIF
Ruang              : Mawar
Nama Klien     : Tn. Rz
Umur               : 40 tahun
No. Register    : 101313
No.Dx
Sabtu, 13 Oktober 2012 pkl 19.00
Minggu, 14 Oktober 2012 pkl 17.00
1
S: Klien mengatakan sesaknya telah berkurang, namu dadanya masih terasa berat disertai frekuensi batuknya sedikit lebih sering.
O:
  1. Keadaan umum lemah, namun sedikit lebih membaik, tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
  2. Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara, namun kondisi ini lebih baik dari kondisi sebelumnya.
  3. Terdapat suara tambahan  wheezing, ronki.
          +
          +
4.      Gerakan diafragma masih minimal.
5.      Produksi sputum lebih, warna putih kekuningan, dengan konsistensi lebih cair daripada sesaat setelah MRS.
TD  : 130/80 mmHg
N     : 100x/menit
S     : 36oC
RR            : 28x/menit

A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi (1-9)

S: Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang bahkan sudah mulai hilang, namun dadanya masih sedikit terasa berat disertai frekuensi batuknya sudah mulai berkurang.
O:
  1. Keadaan umum lebih terlihat segar, tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
  2. Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara, namun kondisi ini lebih baik dari kondisi sebelumnya.
  3. Terdapat suara tambahan  ronki.




 
                    

  1. Gerakan Diafragma normal
  2. Produksi sputum berkurang, warna putih bening, konsistensi cair.
TD  : 120/80 mmHg
N     : 90x/menit
S     : 37oC
RR            : 24x/menit

A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1-9)
2
S: Klien mengatakan jika dada kanannya berat pada saat bernafas. Kondisi demikian dialami klien pada malam hari saat temperature lingkungan dingin. Sesak yang dialami saat ini dirasakan lebih parah dibandingkan sesak sebelumnya, klien juga batuk namun sulit mengeluarkan lender.
O:
1.      Keadaan umum lemah, pucat, tidak ditemukan tanda-tanda sianosis, namun kondisi ini membaik.
2.      Hasil laboratorium GDA belum normal
3.      Klien terkadang batuk namun sangat kesulitan dalam mengeluarkan secret.
4.      Nafas pendek dengan frekuensi lebih baik, nampak kesulitan dalam berbicara.
5.      Terdapat suara tambahan  wheezing, ronki.
6.      Gerakan diafragma minimal.
7.      Produksi sputum berlebih, warna putih kekuningan.


TTV:
TD  : 130/80 mmHg
N     : 100x/menit
S     : 36oC
RR            : 28x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi (1-9)

S: Klien mengatakan jika dada kanannya sedikit berat pada saat bernafas. Pada malam hari klien sudah tidak sesak lagi. Klien juga batuk dan tidak mengalami kesulitan lagi untuk mengeluarkan lender.
O:
  1. Keadaan umum lebih terlihat segar, tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
  2. Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara, namun kondisi ini lebih baik dari kondisi sebelumnya
  3. Terdapat suara tambahan ronki.
  4. Hasil lab GDA sudah normal
  5. Klien tidak mengalami kesulitan dalam mengeluarkan secret lagi
  6. Frekuensi nafas membaik
  7. Produksi sputum berkurang, konsistensi cair, dan warna putih bening.
TD  : 120/80 mmHg
N     : 90x/menit
S     : 37oC
RR            : 24x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-9