Cari Blog Ini
RUU Keperawatan
Pelayanan Keperawatan yang berkualitas, apakah hanya sebuah mimpi??
Sebuah Keprihatinan tidak disahkannya RUU Keperawatan lebih dari 10 tahun perjuangan Insan Keperawatan
Peningkatan kesehatan di negeri ini memang sudah mulai bangkit,
misalnya dengan disahkannya SJSN dan berbagai kebijakan. Salah satu
penentu kesehatan bangsa ini adalah melalui kebijakan terhadap tenaga
kesehatannya. Aturan menge
nai setiap profesi kesehatan sangat
dibutuhkan. Setiap profesi harus memiliki rumah sendiri untuk mengatur
dirinya dan memastikan pelayanan yang diberikan sesuai standar profesi.
Namun, sayangnya banyak pihak merasa UU ini tidak penting. Benarkah UU
ini hanya untuk perawat dan tidak untuk masyarakat? Ibarat suatu rumah,
pemerintah dan legislatif adalah bapak dan ibunya, maka orang tua yang
baik tidak akan menganak-tirikan anaknya, ia harus bersikap adil dan
bijaksana terhadap seluruh profesi kesehatan.
Mahasiswa
keperawatan yang merupakan bagian dari insan keperawatan, maka penting
bagi mahasiswa untuk mengkaji permasalahan yang timbul di dunia
keperawatan. Mahasiswa telah merangkum beberapa masalah yang menunjukkan
urgency dari pengesahan RUUK. Sebagaimana kita tahu bahwa pelayanan
keperawatan yang berkualitas ditunjang oleh sistem pendidikan, tugas dan
wewenang yang jelas, adanya regulasi, sistem registrasi yang jelas, dan
pendidikan yang berkelanjutan. Oleh karena itu kami mahasiswa memandang
keadaan dibawah ini merupakan alasan mengapa RUU Keperawatan penting:
1. Pelayanan keperawatan yang berkualitan merupakan ujung tombak kesehatan masyarakat indonesia
2. Belum jelasnya sistem pendidikan yang menghasilkan tenaga
keperawatan. Jenjang pendidikan dan peranny di pelayanan belum jelas
secara hukum. Selain itu juga menjamurnya sistem pendidikan keperawatan
yang tidak bertanggung jawab perlu diatur. Sehingga perawat yang
dihasilkan berkualitas dan sesuai standar profesi.
3. Belum jelasnya
ranah kerja baik di interprofesional yaitu di antara profesi tenaga
kesehatan maupun intraprofesional yaitu di dalam profesi keperawatan itu
sendiri (tingkat pendidikan D3, S1, S2, S3, dan Spesialis) yang
menimbulkan kerancuan pemahaman mengenai tindakan mandiri dan
kolaboratif seperti yang terjadi pada kasus misran dan banyak kasus di
pelayanan lainnya dimana merugikan pasien.
4. Undang-Undang No. 36
tahun 2009 pasal 21 ayat (3) : ketentuan mengenai tenaga Kesehatan
diatur dengan Undang-Undang. Disini jelas bahwa keperawatan sebagai
suatu profesi dan berkenaan dengan masyarakat harus memiliki UU sendiri
dan mengatur dirinya dan melibatkan pemerintah. Selain itu, banyaknya
profesi yang tergabung dalam tenaga kesehatan sehingga perlu adanya
aturan yang meregulasi kewenangan dan setiap profesi dan juga berhak
memiliki payung hukum yang melandasinya.
5. Peningkatan
profesionalitas perawat juga sangat ditentukan dari disahkannya RUU
Keperawatan menjadi UU Keperawatan. Karena di dalam RUU Keperawatan itu
dijelaskan secara mengenai kurikulm pendidikan, kewenangan dan batas
area kerja perawat itu sendiri.
6. Pengakuan perawat secara de yure
di dunia internasional sehubungan dengan akan segera dikeluarkannya
keputusan mengenai pasar global juga menjadi hal yang penting untuk
dikaji. Jangan sampai tenaga perawat kita tidak terserap oleh negeri
kita sendiri karena perawat di negara lain telah memiliki aturan serta
keperawatannya sudah berkualitas.
7. Dan semua permasalahan yang
telah dipaparkan di atas akhirnya bermuara kepada satu titik terpenting
yang merupakan tujuan dan esensi dari proses keperawatan yaitu
PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN yang mana kita tahu bahwa perawat
adalah profesi yang menangani pasien selama 24 jam penuh. Dan
peningkatan kualitas kesehatan pasien sangat ditentukan dari pelayanan
keperawatan yang diberikan
Hal inilah yang mendasari bahwa RUU
Keperawatan itu sangat penting dan sangat urgent untuk segera disahkan.
Sehingga setiap insan keperawatan harus dan sadar betul pentingnya
memperjuangkan pengesahan RUU Keperawatan secepat mungkin, demi kemajuan
profesi.
Alasan diatas telah lama diungkapkan dan disampaikan
kepada DPR RI, namun hingga lebih dari 3 kali masa sidang, RUU ini tidak
juga selesai. Berdasarkan hasil pantauan, bahwa DPR RI tidak fokus dan
maksimal membahas RUU Keperawatan, akibatnya RUU keperawatan tidak maju
ke tahap selanjutnya yaitu badan legislatif. RUU Keperawatan sangat
penting untuk masuk ke Badan Legislatif agar dapat dibahas bersama
pemerintah dan segera disahkan.
Tanggal 17 Oktober adalah hari
terakhir masa sidang DPR RI, namun tanda-tanda RUU ini untuk masuk ke
badan legislatif tidak juga ada. Tentu kita sepakat bahwa pembahasan RUU
sangat mahal biayanya dan penguluran waktu akan menambah ongkos
pembiayaan RUU ini, dan ini akan menjadi beban negara. Sementara itu
keadaan keperawatan indonesia bertahun-tahun tidak juga mengalami
perkembangan yang signifikan dalam melindungi rakyat karena tidak adanya
UU yang mengatur. Kasus kerugian masyarakat mungkin banyak terjadi,
namun tidak terpublish di media. Hal ini tidak bisa dibiarkan, mahasiswa
tidak boleh tinggal diam melihat keadilan tidak ditegakan, melihat
kesehatan rakyat indonesia yang terabaikan. Oleh karena itu, segera
sing-singkan lengan, ambil almamatermu, ikat kepala dan siapkan suara
lantangmu untuk menyuarakan suara rakyat Demi Kesehatan Rakyat
Indonesia!! Segera SAHKAN RUU KEPERAWATAN masa SIDANG TAHUN 2012-2013!
KENAKAN ALMAMATERMU DAN BAJU KEPEDULIANMU!!!
Seruan Aksi Sahkan RUU Keperawatan!
Senin, 15 Oktober 2012
@DPR RI
St. Bernadette Soubirous, Jenazahnya Tak Lekang Dimakan Waktu
Ada banyak hal yang sulit kita mengerti
di dunia. Mengapa seseorang tidak jadi meninggal? Mengapa manusia bisa
tiba-tiba berubah menjadi separuh hewan? Hal-hal yang rasanya sulit
masuk ke dalam logika kita. Namun itulah kebesaran Tuhan. Selalu
mengingatkan kita bahwa ada kekuatan besar di luar kemampuan kita.
Berikut ini adalah kisah St. Bernadette, kisah mengenai suster yang
telah meninggal ratusan tahun namun jenazahnya tidak hancur sama sekali.
Santa
Bernadette lahir dengan nama asli Marie Bernarde Soubirous. Lahir pada
tanggal 7 Januari 1844 dan meninggal pada 16 April 1879 di usia 35 tahun
karena penyakit saluran pernafasan. Ia meninggal dalam keadaan telah
menjadi biarawati. Namun setelah dimakamkan dan hendak digali 30 tahun
kemudian, jenazahnya masih ada, tidak busuk dan tidak hancur sama
sekali. Hanya rosario dan salib dalam genggamannya yang berkarat. Ia
dimakamkan kembali, namun dalam penggalian berikutnya tahun 1925,
tubuhnya tetap tidak membusuk.
Jenazahnya
kini disimpan di dalam sebuah peti kaca. Bila Anda melihat ke dalamnya,
Anda akan seperti melihat sosok yang sedang tertidur. Seperti manusia
biasa yang belum meninggal. Hingga kini, jenazah St. Bernadette masih
ada di kapel biaranya di Nevers, Prancis. Setiap umat Katolik
memperingati wafatnya setiap tanggal 16 April 1879. Pada 8 Desember 1922
ia dikanonisasikan sebagai orang kudus dengan gelar santa. Semasa
hidupnya, St. Bernadette memang dikenal sebagai orang yang baik dan
sabar sekalipun sering sakit-sakitan.
Mengagumkan
bukan apa yang bisa terjadi pada St. Bernadette? Meski sudah lama
meninggal, namun jenazahnya masih ada dan tidak membusuk, bahkan seperti
sedang tidur. Itulah kekuatan Tuhan yang kadang bisa membuat kita
terheran-heran karena berada di luar rasionalitas kita. Percaya tidak
percaya, semua tergantung keyakinan kita.
Jessica SNSD menghadiri kampanye ‘Pinking of Your Dream‘
Jessica SNSD baru-baru ini menghadir kampanye ‘Pinking of Your Dream‘ yang diselenggarakan oleh musikal ‘Legally Blonde’ pada 15 Oktober.
Kampanye ini merupakan bagian dari pembukaa
n untuk pop-up store, ‘Pinking of Your Dream‘ yang mendukung kaum muda.
Selebriti lainnya yang hadir yaitu Song Seung Hwan, Eunji, dan Tim.
Kampanye ini diadakan untuk memberikan harapan dan dukungan bagi para
pemuda dan pemudi yang sudah menyelesaikan sekolah, dan sedang
mempersiapkan karir mereka serta transisi ke dalam masyarakat
sehari-hari.
Kampanye akan berlanjut sampai pertengahan Maret 2013. Hasil dari kampanye akan disumbangkan untuk ‘The Open Closet’.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN COPD (ASTHMA)
FORMAT
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
PENGUMPULAN
DATA
a.
Biodata
1) Nama : Tn. Rz
2) Jenis
Kelamin : Laki-laki
3) Umur : 40 tahun
4) Status
Perkewinan : Sudah menikah
5) Pekerjaan : Satpam
6) Agama : Islam
7) Pendidikan
Terakhir : SLTA
8) Berat
Badan : 59 kg
9) Tinggi
Badan : 170 cm
10) Alamat : Ds.
Kendalrejo, Kec. Talun, Kab Blitar
11) Tanggal
MRS : 13 Oktober 2012, pkl
09.15
12) Tanggal
Pengkajian : 13 Oktober 2012, pkl
09.40
b.
Diagnosa
Medis : Chronic
Obstruction Pulmonary Disease (COPD), Asma.
c.
Keluhan
Utama : Klien
merasa sesak nafas.
d.
Riwayat
Penyaki Sekarang
1 hari yang lalu,
tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2012 klien merasa sesak nafas. Klien
mengatakan jika dada kanannya berat pada saat bernafas. Kondisi demikian
dialami klien pada malam hari saat temperature lingkungan dingin. Sesak yang
dialami saat ini dirasakan lebih parah dibandingkan sesak sebelumnya. Hingga
pada tanggal 13 Oktober 2012 MRS dengan keadaan umun lemas, pucat, dan batuk
produktif dengan secret sulit dekuluarkan.
e.
Riwayat
Kesehatan/Penyakit yang Lalu
Dari keterangan istrinya,
klien pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan dan kondisi yang sama, yaitu
sesak nafas. Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu. Klien pernah
MRS dengan penyakit yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma Bronkiale
sejak kecil. Klien merokok selama 20 tahun sebanyak 2 pak/hari. Dari hasil
anamnesa juga didapati keterangan bahwa, ibu klien memiliki penyakit serupa,
yaitu Asthma Bronkiale.
f.
Riwayat
Kkesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat
penyakit degenerative, menular dari keluarga klien. Namun ibu klien memiliki
riwayat penyakit Asthma Bronkiale.
g.
ADL
(Activity Daily Life)
1) Makan
dan Minum
Makan Sebelum
Sakit Saat
Sakit
Pemenuhan Mampu mandiri Dibantu
Frekuensi 3x/hari 1x/hari
Jenis Nasi,
lauk, sayur Nasi,lauk,sayur
Pantangan Tidak ada Tidak
ada
Alergi Tidak ada Tidak
ada
Minum
Pemenuhan Mampu mandiri Dibantu
Frekuensi 6-8 gelas/hari 5
gelas/hari
Jenis Air
putih Air
putih
Pantangan Tidak ada Tidak
ada
Alergi Tidak ada Tidak
ada
2) Pola
Eliminasi
a. BAB
dan BAK sebelum sakit
1. BAB : 1 kali sehari, tidak konstipasi,
warna dan jumlah normal serta tidak ada kelainan.
2. BAK : BAK 3 kali/hari, urin berwarna
jernih, dan sedikit kekuningan, bau khas urin
b. BAB
dan BAK saat sakit
1. BAB
: Sejak sakit pola eliminas fekal klien normal, dengan konsistensi lunak, bau
khas feses.
2.
BAK : BAK 3 kali perhari, jumlah tidak
tentu, warna kuning dan tidak ada kelainan yang di tandai dengan bau khas urin.
3) Pola
Istirahat dan Tidur
a. Sebelum
Sakit
Klien mengatakan tidak pernah
mengalami gangguan tidur, namun karena factor pekerjaan, terkadang pola tidur
klien tidak teratur. Tetapi frekuensi tidur klien baik, yaitu 5-7 jam/hari.
Untuk tidur klien tidak pernah menggunakan obat-obatan, klien dapat tidur jika
didukung dengan suasana tenang.
b. Saat
Sakit
1 hari yang lalu, pada saat sesak
nafas klien kambuh klien mengalami kesulitan tidur pada malam hari. Klien
sering terbangun karena sesaknya. Frekuensi tidur menurun, kira-kira 3-4
jam/hari. Kondisi inilah yang dirasa mengganggu kebutuhan istirahat dan
tidurnya.
4) Kebersihan
Diri
a. Sebelum
Sakit
Klien mengatakan mandi di rumah
2x/hari setiap pagi dan sore, dengan gosok gigi sesudah sarapan dan saat malam
hari.
b. Saat
Sakit
Klien mengatakan takut mandi karena
khawatir apabila mandi, sesaknya akan kumat. Namun pukul 10.00 klien di seka
menggunakan air hangat. Gosok gigi 1x/hari pada saat di seka. Klien merasa
risih dan kotor selama sesaknya kambuh.
h.
Riwayat
Psikosial
Pada saat sehat klien dapat bersosialisasi dengan
baik, dan mampu beraktifitas dengan normal di kantor. Klien juga senang
berbicara dengan orang lain. Namun saat sakit, klien penah mengatakan kepada
istrinya jika ia gelisah karena tidak mampu beraktifitas seperti biasa,
khususnya rasa takutnya apabila ia dipecat dari kantor karena tidak masuk
kerja.
i.
Pemeriksaan
Fisik
1) Keadaan
Umum
Klien tampak lemas, pucat, dengan
suhu tubuh dingin. Tidak ditemukan tanda-tanda sianosis, klien terkadang batuk
namun sangat kesulitan dalam mengeluarkan secret.
2) Tanda-Tanda
Vital
TD :
130/80 mmHg
N :
100x/menit
S :
36oC
RR :
32x/menit
BB :
59 kg
TB :
170 cm
3) Pemeriksaan
Kepala dan Leher
1.
Kepala : Inspeksi : Simetris, rambut hitam sedikit kotor.
Palpasi : tidak ada odema/benjolan.
2.
Mata : Visus normal, mata simetris, pupil isokhor, sclera
putih tidak menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis, kelopak
mata bawah nampak membengkak.
3. Hidung : Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi
septum, mempunyai dua lubang, peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan
fungsi penciuman normal.
4. Telinga : Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal, simetris
kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, ada sedikit
serumen dan
cairan, serta alat bantu pendengaran tidak ada.
5. Mulut &
gigi : Bentuk bibir normal, bau mulut tidak
holitosis. Tidak ada perdarahan dan peradangan pada mulut, ada karang/caries,
tepi lidah tidak hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan
fungsi pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada
peradangan pada faring.
4) Pemeriksaan Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit
kulit, kulit kering, tidak terdapat tanda-tanda sianosis.
5) Dada dan Thorax
·
Inspeksi :
Simetris tidak terdapat kelainan bentuk dad, nafas pendek, produksi sputum
putih kekuningan, Nampak kesulitan dalam berbicara.
·
Palpasi : gerakan
diafragma minimal, getaran di punggung kanan berbeda dengan getaran di punggung
kiri.
·
Auskultasi : Vesikuler
di semua lapang paru, broncovesikuler di daerah percabangan bronkus, tracheal
daerah trakea, terdapat suara tambahan wheezing,
ronki.
·
Perkusi :
Pekak
+
+
6)
Abdomen
Bentuk simetris,
tidak ada benjolan, lesi tidak ada, tidak ada nyeri tekan.
7) Genetalia
Daerah genetalia bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi atau luka.
8) Ekstrmitas
a. Kesimetrisan otot :
simetris
b. Pemeriksaan oedem :
terdapat odema ekstremitas bawah, gangguan pergerakan
c. Kekuatan otot :
kekuatan cukup
5 5
4 4
9)
Pemeriksaan Neurologis
Tingkat
Kesadaran : Composmentis, GCS: 4 5 6
Refleks : Biseps, triseps,
patella dan achellis normal.
Koordinasi
gerak : Normal
j.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Sinar X
2.
Tes Fungsi Paru
3.
TLC
4.
Kapasitas inspirasi
5.
Volume residu
6.
FEV/FVC
7.
GDA
8.
Bronkogram
9.
JDL dan differensial
10.
Kimia darah
11.
Sputum
12.
EKG
13.
EKG latihan, latihan stress
Dengan
hasil laboratorium (contoh hasil laboratorium yang memungkinkan):
Darah lengkap
tanggal :
-
Hb :
10,7 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0
mg/dl)
-
Leukosit : 18.600 (4000 – 11.000).
-
Trombosit : 381 (150 – 350).
-
PC : 0,33
Faal Hati
tanggal :
SGOT : 20 (L < 37 P <
31) U/L
Faal Ginjal
tanggal :
-
Ureum/BUN : 12 mg/dl (10 – 45)
-
Serum
Creatinin : 0,93 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
Darah lengkap
tanggal :
-
Hb :
10,6 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0
mg/dl)
-
LED : 100 (L
0 – 15/jam P 0 – 20/jam
-
Leukosit : 17.600 (4000 – 11.000).
-
Hematokrit : 31,1 (L 0,40 – 0,47 P 0,38 – 0,42)
-
Trombosit : 421 (150 – 350)
-
PCV : 0,33
Gula darah
tanggal :
-
Glukosa
Puasa : 50 mg/dl (< 126 mg/dl)
Lemak tanggal :
-
Cholesterol
Total : 217 (100 - 240)
Faal Hati
tanggal :
-
Alkali
Phospatase : 261
-
SGOT : 29,2 (L
< 37 P < 31) U/L
-
SGPT : 16,11 (L
< 40 P < 31) U/L
-
Albumin :
3,81 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)
Faal Ginjal
tanggal :
-
Uric
Acid : 4,13 mg/dl (L : 3,4 – 7,0 P
2,4 – 5,7)
Elektrolit
tanggal :
-
Natrium : 136 mmol/l (135 – 145 mmol/l)
-
Kalium : 2,2 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)
Gas Darah
Analisa :
-
PH : (7,35 – 7,45)
-
PO2 : (80 – 100) mmHg
-
PCO2 : (35 – 45) mmHg
-
HCO3 : (22 – 26) mmol/L
-
BE : (- 2,5 - + 2,5) mmol/L
k. Terapi/Pengobatan/Penatalaksanaan
___________
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Mawar
Nama
Kliean : Tn. Rz
Umur : 40 tahun
No.
Register : 101313
|
C.
PERENCANAAN
DAFTAR MASALAH
Ruang : Mawar
Nama
Klien : Tn. Rz
Umur : 40 tahun
No.
Register : 101313
No.
Dx
|
Tanggal
Muncul
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggat
Teratasi
|
Tanda
Tangan
|
1
|
13
Oktober 2012
|
Bersihan
Jalan Nafas Takefektif b.d Peningkatan Produksi Sekret
|
||
2
|
13
Oktober 2012
|
Kerusakan Pertukaran Gas b.d Gangguan Suplai
Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi)
|
1.
ANALISIS DATA
ANALISIS
DATA
Nama Klien : Tn. Rz
Umur : 40 tahun
No. Register : 101313
No
|
Tanggal/Jam
|
Data
Penunjang
|
Masalah
|
Kemungkinan
Penyebab
|
1
|
13 Oktober
2012, pkl 10.00
|
DS: Klien
mengatakan sesak pada saat bernafas.
DO:
1.
Keadaan umum lemah, pucat, dengan suhu tubuh
dingin. Tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
2.
Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara.
3.
Terdapat suara tambahan wheezing, ronki.
4.
Gerakan diafragma minimal.
5.
Perkusi paru, pekak.
6.
Produksi sputum berlebih, warna putih kekuningan .
TTV:
TD : 130/80 mmHg
N : 100x/menit
S : 36oC
RR : 32x/menit
BB : 59 kg
TB : 170 cm
|
Bersihan Jalan
Nafas Takefektif
|
Peningkatan
Produksi Sekret
|
2
|
13 Oktober
2012, pkl 10.00
|
DS: Klien
mengatakan jika dada kanannya berat pada saat bernafas. Kondisi demikian
dialami klien pada malam hari saat temperature lingkungan dingin. Sesak yang
dialami saat ini dirasakan lebih parah dibandingkan sesak sebelumnya, klien
juga batuk namun kesulitan dalam mengeluarkan sputum/lender.
DO:
1.
Keadaan umum lemah, pucat, dengan suhu tubuh dingin.
Tidak ditemukan tanda-tanda sianosis.
2.
Hasil laboratorium GDA tidak normal
3.
Klien terkadang batuk namun sangat kesulitan dalam
mengeluarkan secret.
4.
Nafas pendek, nampak kesulitan dalam berbicara.
5.
terdapat suara tambahan wheezing, ronki.
6.
Gerakan diafragma minimal.
7.
Perkusi paru, pekak.
8.
Produksi sputum berlebih, warna putih kekuningan .
TTV:
TD : 130/80 mmHg
N : 100x/menit
S : 36oC
RR : 32x/menit
BB : 59 kg
TB : 170 cm
|
Kerusakan
Pertukaran Gas
|
Gangguan
Suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi)
|
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
Ruang : Mawar
Nama Klien : Tn. Rz
Umur : 40 tahun
No. Register : 101313
Tanggal
|
No.
Dx
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
Kriteria Standar
|
Intervensi
|
Rasional
|
TT
|
13/10 ‘12
|
1
|
Bersihan Jalan
Nafas Takefektif b.d Peningkatan Produksi Sekret
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan sesak nafas klien berkurang
bahkan hilang.
Dengan
criteria hasil:
1.
Keadaan umum klien menjadi segar atau tidak lemas.
2.
Frekuensi nafas normal kurang lebih 20x/menit.
3.
Tidak kesulitan dalam berkomunikasi (berbicara)
4.
Suara tambahan paru, seperti wheezing dan ronchi
berkurang.
5.
Gerakan diafragma normal.
6.
Perkusi paru normal (sonor)
7.
Produksi secret atau sputum menurun dengan dapat
mengeluarkan secret dengan benar.
|
1.
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas,
misalnya wheezing, krekels, ronchi.
2.
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi.
3.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya
dengan posisi semifowler.
4.
Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
5.
Observasi karakteristik batuk, misal menetap,
batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan batuk.
6.
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan
antara, sebagai pengganti makanan.
7.
Berikan obat sesuai indikasi:
Bronkodilator,
mis beta-agonis: epinefrin (Adrenalin, Vaponefrin); albuterol (Proventil,
Ventolin),; terbutalin (Brethine, Brethaire); isoetarin (Brokosol,
Bronkometer); xantin
8.
Berikan humidifikasi tambahan, misal nebulizer
ultranik, humidifier aerosol ruangan.
9.
Bantu pengobatan pernafasan, mis., IPPB, fisioterapi
dada.
|
1.
Beberapa derajad spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas
adventisius, mis: penyebaran, krekels, basah, dsb.
2.
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi
akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi.
3.
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Namun pasien dengan distress yang
berat akan mencari poisisi yang paling
mudah untuk bernafas. Sokongan tangan atau kaki dengan meja, bantal, dll
membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
4.
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi
dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
5.
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif,
khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling
efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
6.
Hidarasi membantu menurunkan kekentalan secret,
mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan
pada diafragma.
7.
Merileksan otot halus dan menurunkan kongesti
local, menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obat
mungkin peroral, injeksi, atau inhalasi.
8.
Kelembapan menurunkan kekentalan secret
mempermudah pengeluaran dan dapat membantu munurunkan/mencegah pembentukan
mukosa tebal pada bronkus.
9.
Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk
membuang banyaknya sekresi kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar
paru. Catatan: Dapat meningkatkan spasme bronkus pada asma.
|
|
13/10 ‘12
|
2
|
Kerusakan
Pertukaran Gas b.d Gangguan Suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh
sekresi)
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan sesak nafas klien berkurang
bahkan hilang.
Dengan criteria
hasil:
1.
Keadaan umum klien menjadi segar atau tidak lemas.
2.
Hasil laboratorium GDA klien kembali normal
-
PH :
(7,35 – 7,45)
-
PO2 :
(80 – 100) mmHg
-
PCO2 :
(35 – 45) mmHg
-
HCO3 :
(22 – 26) mmol/L
-
BE :
(- 2,5 - + 2,5) mmol/L
|
1.
Kaji frekuensi, kedalaman penafasan. Catat
penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang.
2.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk
memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau
nafas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3.
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane
mukosa.
4.
Dorong mengeluarkan sputum: penghisapan bila
diindikasikan.
5.
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan
aliran udara dan/atau bunti tambahan.
6.
Palpasi fremitus
7.
Awasi tanda vital dan irama jantung.
8.
Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri
9.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
|
1.
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan
dan/atau kronisnya proses penyakit.
2.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas,
dispnea, dan kerja nafas.
3.
Sianosis mungkin perifer atau sentral. Keabu-abuan
dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
4.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber
utama gangguan utama pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan
dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5.
Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran
udara area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/tertahannya
secret. Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial/dekomp
jantung.
6.
Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan
cairan atau udara terjebak.
7.
Takikardia, distritmia, dan perubahan TD dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada jantung.
8.
PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis, emfisema)
dan PaO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih
kecil atau lebih besar. PaCO2 “normal” atau meningkat menandakan kegagalan
pernafasan yang akan datang selama asmatik.
9.
Dapat memberikan/mencegah buruknya hipoksia.
Catatan: emfisema kronis, mengatur pernafasan pasien ditentukan oleh kadar
CO2 dan mungkin dikeluarkan dengan peningkatan O2 berlebihan.
|
- IMPLEMENTASI
CATATAN KEPERAWATAN
Ruang : Mawar
Nama
Klien : Tn. Rz
Umur : 40 tahun
No.
Register : 101313
No
Dx
|
Tanggal
|
No
Dx.
Kep
|
Tindakan
|
TT
|
1
|
13 Oktober 2012, pkl
10.30
|
1
|
1.
Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi
napas, misalnya wheezing, krekels, ronchi.
2.
Mengkajiaji/memantau frekuensi pernafasan.
Mencatat rasio inspirasi/ekspirasi.
3.
Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya
dengan posisi semifowler.
4.
Mendorong/membantu latihan napas abdomen atau
bibir.
5.
Mengobservasi karakteristik batuk, misal menetap,
batuk pendek, basah. Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan batuk.
6.
Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Mengnjurkan masukan cairan
antara, sebagai pengganti makanan.
7.
Memberikan obat sesuai indikasi:
Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
Tab Cefrofloxacin 2 X 500.
Bricasma
Nebulizer 4 x / hr.
8.
Memberikan humidifikasi tambahan, nebulizer.
9.
Membantu pengobatan pernafasan, mis., IPPB,
fisioterapi dada.
|
|
1
|
13 Oktober 2012, pkl
10.30
|
2
|
|
|
1
|
14 Oktober 2012, pkl
08.00
|
1
|
1.
Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi
napas, misalnya wheezing, krekels, ronchi.
2.
Mengkajiaji/memantau frekuensi pernafasan.
Mencatat rasio inspirasi/ekspirasi.
3.
Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya
dengan posisi semifowler.
4.
Mendorong/membantu latihan napas abdomen atau
bibir.
5.
Mengobservasi karakteristik batuk, misal menetap,
batuk pendek, basah. Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan batuk.
6.
Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Mengnjurkan masukan cairan
antara, sebagai pengganti makanan.
7.
Memberikan obat sesuai indikasi:
Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
Tab Cefrofloxacin 2 X 500.
Bricasma
Nebulizer 4 x / hr.
8.
Memberikan humidifikasi tambahan, nebulizer.
Membantu
pengobatan pernafasan, mis., IPPB, fisioterapi dada.
|
|
1
|
14 Oktober 2012, pkl
08.00
|
2
|
|
E.
EVALUASI FORMATIF
1.
EVALUASI FORMATIF
Ruang :
Mawar
Nama Klien :
Tn. Rz
Umur :
40 tahun
No. Register :
101313
No.Dx
|
Sabtu, 13 Oktober
2012 pkl 19.00
|
Minggu, 14 Oktober
2012 pkl 17.00
|
|||
1
|
S: Klien mengatakan sesaknya
telah berkurang, namu dadanya masih terasa berat disertai frekuensi batuknya
sedikit lebih sering.
O:
+
+
4.
Gerakan diafragma masih minimal.
5.
Produksi sputum lebih, warna putih kekuningan,
dengan konsistensi lebih cair daripada sesaat setelah MRS.
TD : 130/80 mmHg
N : 100x/menit
S : 36oC
RR : 28x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi (1-9)
|
S: Klien mengatakan sesaknya
sudah berkurang bahkan sudah mulai hilang, namun dadanya masih sedikit terasa
berat disertai frekuensi batuknya sudah mulai berkurang.
O:
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 37oC
RR : 24x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi (1-9)
|
|||
2
|
S: Klien mengatakan jika dada
kanannya berat pada saat bernafas. Kondisi demikian dialami klien pada malam
hari saat temperature lingkungan dingin. Sesak yang dialami saat ini
dirasakan lebih parah dibandingkan sesak sebelumnya, klien juga batuk namun
sulit mengeluarkan lender.
O:
1.
Keadaan umum lemah, pucat, tidak ditemukan
tanda-tanda sianosis, namun kondisi ini membaik.
2.
Hasil laboratorium GDA belum normal
3.
Klien terkadang batuk namun sangat kesulitan dalam
mengeluarkan secret.
4.
Nafas pendek dengan frekuensi lebih baik, nampak
kesulitan dalam berbicara.
5.
Terdapat suara tambahan wheezing, ronki.
6.
Gerakan diafragma minimal.
7.
Produksi sputum berlebih, warna putih kekuningan.
TTV:
TD : 130/80 mmHg
N : 100x/menit
S : 36oC
RR : 28x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi (1-9)
|
S: Klien mengatakan jika dada
kanannya sedikit berat pada saat bernafas. Pada malam hari klien sudah tidak
sesak lagi. Klien juga batuk dan tidak mengalami kesulitan lagi untuk
mengeluarkan lender.
O:
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 37oC
RR : 24x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-9
|
Langganan:
Postingan (Atom)